Senin, 01 Oktober 2007
kasih untuk seorang adik..
Sekian lama tak jumpa.. rindu seakan bergumpal di hati.. wajah dan raut yang selalu terbayang di pelupuk mata, wajah penuh tawa yang menghiasi setiap mimpi dan bayangan rindu kala di tanah rantau..
”begitu lama telah kutinggalkanmu.. begitu lama aku pergi adikku.. kau adikku satu-satunya, dan kau satu-satunya saudaraku.. sepeninggal ayah ibu, kemana lagi kau akan bertumpu kalau tidak padaku.. karena aku kakakmu dan karena aku menayayangimu.. Aku rindu pada tawamu, aku rindu pada candamu adikku... dan takkan kutinggalkan dirimu lagi..” bisik seorang kakak kala menuju kampung halaman yang telah lama ia tinggalkan, kampung halaman yang menyimpan berjuta kenangan dan menawarkan berjuta impian.
kadang memang ingin hanya akan menimbulkan kecewa.. kala kita mencari kesenangan sejatinya juga mencari kesedihan dan kegagalan.. apa yang sang kakak angankan dan impikan ternyata tak sejalan dengan kenyataan.. hari pertama bertemu memang penuh sukacita, pertemuan dua orang kakak beradik yatim piatu.. yang masing-masing hanya punya satu saudara kandung.. pertemuan setelah sekian lama terpisah di ruang dan waktu yang jauh berbeda.. hari berlalu.. dan.. lambat laun sang kakak merasakan ada yang beda.. sang adik telah berubah dan begitu banyak menyembunyikan cerita.. sebulan berlalu.. dan tahulah sang kakak..
Sang adik telah jauh berubah.. pergaulan yang salah.. kebiasaan yang.. cara pandang yang... tuhan dan agama telah dilupakan sang adik.. ”kau telah jauh tersesat adikku..” ucap sang kakak suatu pagi. Tetapi apa lacur, jawaban apa yang sang kakak dapatkan, ”bukan urusanmu lagi..” jawab sang adik.
Terasa hancur hati sang kakak, tapi bagaimana lagi.. dia hanyalah seorang kakak yang harus dan berkewajiban menjaga sang adik.. Berbulan-bulan sang kakak tak jemu mencoba berbicara dengan sang adik tentang hidup.. tentang kehidupan.. tapi.. hanya berakhir dengan bantahan dan bentakan sang adik.. dan sang kakakpun masih mencoba bersabar.
Pernah terpikir untuk menggunakan jalan lain, ”kalau dengan kata-kata tidak bisa maka gunakan tanganmu”, tapi sang kakak masih bisa berpikir.. ”saya tidak tega, saya begitu menyayanginya.. saya tak ingin dia menderita walau hanya sekedar tergores duri.. saat dia di depanku.. saat aku memandangnya, terbayang wajah ayah dan ibu tersenyum padaku seakan membawa pesan untuk selalu berusaha dalam sabar” bisik sang kakak.
”adikku bukanlah seorang yang bisa disadarkan dengan kekerasan, karena kekerasan akan membuat dia makin menjauh.. dan makin tak perduli..” tak henti-hentinya sang kakak bersabar dan dengan penuh kasih sayang mencoba menemani dan berbicara dengan sang adik..
Waktu terus berlalu.. berputar seakan tak perduli.. sang adik masih saja belum berubah, ”ini semua karena salahmu juga..” bahkan sang adik makin berani untuk membantah dan memaki sang kakak. Sang kakak kadang mulai merasa frustasi dengan keadaan ini. Termenung sendiri, ”apa ini karena salahku di masa lalu, apakah dia merasa sakit hati dengan tingkah polahku di masa lalu”.. introspeksi diri dan mencoba mencari apa yang telah terjadi.. mencari apakah ada yang salah.. yang menjadi pemicu semua ini..
”mas, saya akui saya memang bukanlah orang bersih, saya juga pernah terperosok dan pernah melupakan tuhan” bisik sang kakak padaku di suatu saat kala dia mengakhiri ceritanya. sang kakak mulai berpikir mungkin ini peringatan atau balasan yang langsung ditimpakan tuhan di dunia karena perilakunya di masa lalu.. seringkali pula terpikir untuk menyerah.. melepas bebas sang adik dan tak memperdulikan lagi, semoga saja suatu saat dia akan menyadari bahwa jalan yang dia pilih telah jauh tersesat.. ”tapi dia adikmu, dia amanah kedua orangtuamu untuk menjaganya, apakah kau akan mengkhianati amanah kedua orangtua yang kepada keduanya kau tak sempat untuk berbakti??” bisik nurani sang kakak.
”mungkin selama ini kau belum menggunakan hatimu dan terlalu memaksakan inginmu”, bisik nurani sang kakak di suatu subuh. Terhenyak sang kakak.. dan akhirnya sang kakak memutuskan belajar berusaha menggunakan hatinya, untuk menata pribadi dan hati, mungkin ada yang yang salah dengan dirinya sendiri yang membuat sang adik bukannya sadar tetapi makin menjauh.. mencoba introspeksi diri dan memperbaiki diri, "mungkin dengan melihatku selalu berusaha memperbaiki diri dan tak terlalu menekannya, akan membuat kami sadar betapa dalam hidup ini ada sebuah jalan yang lurus dan menuju bahagia", itu yang sekarang sedang berusaha dilakukan sang kakak
Tentang seorang teman yang jauh di sana, tetap semangat dan berusaha, semoga Allah selalu menyertai niat tulusmu dan semoga kau berhasil menemukan adik kecilmu yang begitu kau sayangi.. adik kecil yang selalu membuatmu tertawa gembira.. yang hampir 20 tahun yang lalu sering kau gendong menuju lapangan bola untuk hanya sekedar melihat pertandingan sepakbola antar kampung. Dan semoga aku dapat belajar menjadi sepertimu, menjadi lelaki kuat, yang sabar dan tabah seperti dirimu.
Haha.. namanya manusia.. kala mendengar atau melihat derita orang lain, derita di diri dan hati sendiri jadi berkurang sakitnya.. seakan derita orang lain adalah obat bagi derita diri sendiri.. dasar manusia.. (maaf, ini cuma buat konsumsi pribadi saya)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar