Selasa, 25 September 2007

sisihkan waktu untuk "merenung" III


(ternyata aku masih takut mati)

“ah kalo emang waktunya mati ya mau gimana lagi, mati ya mati”, memang benar hidup mati, jodoh atau rejeki manusia itu sudah ada yang mengatur, sudah tertulis di kitab Allah bahkan sebelum kita lahir di dunia. Kalo bicara tentang mati, kata orang untuk apa kita harus takut pada kematian itu, “karena kita belum pernah mati dan tak tahu apa yang akan kita alami setelah mati..”

seperti halnya saat kita menangisi (misal) salah satu kerabat kita yang mati, buat apa ditangisi, mungkin dia lebih dapat merasa bahagia di alam kuburnya. Kalo selama ini kita menangis untuk sebuah kematian, mungkin hanya karena bayangan-bayangan yang timbul dari apa itu kematian, mungkin sang mati ga bisa menuikmati pemandangan cewek cantik nan bahenol, atau mungkin sang mati ga bisa lagi menikmati lezatnya teriyaki or yakiniku di hokben yang ehmm.. atau menikmati renyahnya ayam cryspy.. kriuk.. kriuk.. (asem tenan.. ngiler aing.. jadi tambah kerasa laper nih.. bayanganin makanan saat puasa puasa kayak gini). Atau mungkin di lain sisi, kita menangis karena merasa ditinggalkan, kalo yang ini menurutku karena kita terlalu iba diri, merasa ditinggalkan, atau mungkin sang mati belum bayar utangnya ke kita haha..

sekarang tinggal bagaimana kita mempersiapkan datangnya mati ..yang tak satupun manusia yang tahu kapan sang ajal menyapa diri.. yang pasti kalo mati jangan mati konyol (tulis bos pipin lewat ym sore ini), apalagi sampe bunuh diri (pernah kepikir juga sih cara jantan ini, menantang maut dengan senyum tersungging), sejauh ini menurutku sih kalo mati jangan konyol n persiapkan bekal saat menjemput mati.
“beribadahlah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok tau mungkin hari ini, karena memang kita diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah (untuk Allah SWT).”

Walaupun aku tahu mati itu di tangan Allah, tak perlu kita meraba-raba atau mereka-reka tentang kematian, dan tak perlu kita menagis untuk sebuah kematian, karena aku hanya ingin berusaha dan berdo’a untuk kematianku, dan aku hanya akan mencoba untuk tabah, sabar, ikhlas serta teriring do’aku untuk sebuah kematian.

Tapi… ternyata aku masih takut mati.. semalem aku merasa takut.. hujan gede banget pake petir n geledek yang tak tanggung-tanggung .. cemleret.. mak pyar.. jalanan di depan motor ku jadi terang benderang. Jujur.. aku takut, si merah yang biasa kupacu 70, 80 atau bahkan 100 km/jam, semalem hanya kupacu 50-60 km/jam, terserah kalian pada mau ngebut aku ga peduli, aku takut kepleset jalanan yang super licin, aku takut telat nginjak rem n.. gabruk, atau aku takut tiba masuk ke lubang yang penuh air dan njungkel di tengah jalan.

Ah.. aku merasa masih banyak banget menyimpan dosa yang belum sempat ku cuci, aku juga masih belum mempersiapkan bekal ku di dunia, apalagi di akhirat nanti, dan aku masih juga belum sempat berbakti dan membalas budi kedua orang tuaku padaku.. aku juga juga belum sempat membuat seorang wanita .. yang namanya melingkar di jari manisku ini.. tersenyum bahagia.. dan yang pasti aku merasa belum melaksanakan tugasku hidup di dunia ini.. beribadah kepada-Nya.. Aku masih belum ingin mati.. atau paling tidak aku masih belum ingin jatuh dari motor dan mendapat bonus lecet-lecet.. karena aku paling ga tahan perih dan aku juga paling takut lihat darah.. hehe..

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hohoho...
orang yang berani itu adalah orang yang berani menghadapi dan menjalani hidup..
bukan orang yang berani mati tau..

enak bgt klo punya masalah terus mati aja...
hehehe..

---c!---