Rabu, 05 Maret 2008

tentang hidup II


“sory mas.. bagaimanapun aku coba sabar, bagaimanapun aku coba ikhlas.. namun bagaimanapun juga aku tetap manusia biasa, sabar dan emosiku juga ada batasnya.. jadi jangan salahkan aku kalo aku sampai ga bisa menahan emosi ini..”

“bagaimanapun aku mencoba sabar dan mencoba menahan emosi.. namun kalo semua itu hanya dianggap angin lalu tanpa sedikitpun dirinya mau mencoba mengerti aku, apalah artinya juga.. hanya kecewa dan capek.. aku lelah..”


dua penggal bias perasaan yang aku cuplik dari sebuah “dongeng pengantar tidurku”

aku kira bukan hanya dalam dongeng bias seperti itu terucap.. bahkan mungkin dari milyaran manusia yang pernah hidup, akan muncul pula milyaran bias perasaan seperti itu.. karena memang seperti itulah kodrat manusia, kala mendapat rejeki-susah berselimut syukur.. kala mendapat bencana-sulit untuk ridlo.. kala berbuat salah-pantang berucap maaf.. dan kala merasa benar-mustahil untuk memaafkan..

begitu pula dengan 2 penggal bias perasaan itu..
mana pernah sang nabi ajarkan bahwa sabar itu ada batasnya.. mana pernah juga kita dengarkan petuah sang rasul bahwa ikhlas itu ada ambangnya pula.. sementara bukankah sang utusan illahi telah contohkan untuk selalu sabar dan ikhlas, dengan sabar dan ikhlas hati yang sebeku dan sekeras apapun pasti akan menjadi lembut dan lapang..

sabar dan ikhlas.. seperti bidadari surga di antara mega-mega putih - berkejaran diantara kerlip bintang gemintang.. begitu elok dan begitu indah dilihat dan diangankan, namun ternyata hampir mustahil diraih?? mungkin karena itulah kodrat sang pembawa makna..

sabar dan ikhlas.. laksana rangkaian warna-warni yang menghias sejuk kala gerimis rintik.. begitu indah dan tak melahirkan bosan kala menikmatinya, namun kenapa warna itu hampir mustahil digapai?? mungkin karena memang itulah kodrat pembawa pesan illahi..

“berjuta kali aku teriak ingin bahagia.. berjuta kali pula aku ingin meraih damai.. berjuta kali pula aku hembuskan asa meraih eloknya cinta.. namun berjuta kali pula hanya terbalas beku..”

”karena aku masih manusia biasa, kala mendapat rejeki-susah berselimut syukur.. kala mendapat bencana-sulit untuk ridlo.. kala berbuat salah-pantang berucap maaf.. dan kala merasa benar-mustahil untuk memaafkan.. ikhlas dan sabarku ternyata masih di bibir saja.. sementara hati dan jiwaku masih berselimut nafsu, dengki dan kecewa..”

Tidak ada komentar: