Rabu, 27 Februari 2008

sisihkan waktu untuk "merenung" X


"siapa tuhanmu.."
"apa agamamu.."
"siapa nabimu.."

kalo pertanyaan seperti ini yang diajukan pada kita pada saat ini, alangkah mudahnya kita jawab.. tanpa ba bi atau bu.. tanpa banyak aa.. ii.. uu.. ee.. oo.. pastilah kita tahu dan sanggup tuk menjawabnya dengan cepat.

tapi saat aku merenung dan berkhayal… nanti bila saatnya tiba.. saat aku telah berbaring di dalam rumahku yang berdinding tanah, berlantai tanah, dan beratap tanah.. dan pertanyaan itu diajukan padaku.. "apakah semudah sekarang inikah aku menjawabnya?"

"hgghvyfhyhgdfb..."

"frsfdgbgfacvgrttrftrgf..."
"vcrgsdbgfcertg..."

"waduh ini malaikat ngomong apa ya.. dia nanya, marah, apa ngucapin selamat datang di kubur ya? apa malah cuma kumur-kumur aja?? waduh.. pening nih kepala.. kenapa begini susah ya interview di alam kubur.. kemana juga perginya hapalan yang dulu telah aku persiapkan, bahwa suatu nanti di alam bawah tanah ini aku akan dikasih 3 pertanyaan ini"

sementara tetangga sebelah kanan gw paling cuma senyum-senyum sambil ketawa-ketiwi.. tentunya menertawakan kebloonan gw.. "ini anak goublok apa tuolol ya, lha wong ditanya siapa tuhanmu? apa agamamu? siapa nabimu? lha kok malah plingak plinguk sambil pakai aa.. ii.. uu.. ee.. oo.. pakai ba.. bi.. bu.. segala pula.. hehe ketahuan bloon ya ya??"

ehmm.. kalo dipikir-pikir disini bukan masalah aku bloon atau tolol, kalo masalah aku bloon dan tolol itu sih semua orang juga tahu.. cuma masalahnya selama di atas tanah aku cuma belajar bahasa manusia.. mana pernah aku belajar bahasa di bawah tanah.. dan itulah salahku.. yang mungkin sampai sekarangpun aku belum menyadari..

ya gimana mau tahu bahasa alam kubur atau bahasa alam barzah..
kalo baca buku.. aku lebih suka buku novel, detektif, cerita silat, atau malah yang berbau kamasutra...
kalo aku dengerin lagu.. aku lebih memilih lagu cinta-cintaan, lagu cengeng-cengengan atau malah yang jingkrak-jingkrak ngedugem.
kalo aku langkahkan kaki.. aku lebih memilih melangkah ke mall-mall, plaza-plaza, atau mana aja yang berbau ”a taste of parung”.
kalo aku ngobrol.. aku lebih memilih ngomongin segala jenis binatang dan konco-konconya, atau malah ngomongin si bajing loncat segala...


apalagi kalo aku lagi refresh otak.. aku lebih memilih mainan yang "eta ta balak genep belum keluar, mampus lu gw penthet.. haha..”
ataupun kalo aku melihat.. aku lebih memilih melihat yang indah-indah atau yang berbau montok seronok dan tentunya denok.. haha.. manstabb..
atau bahkan waktu aku pejamkan mata dan merenung.. aku lebih memilih merenungkan tentang indah dan eloknya pemandangan dunia dan segala ciptaan-nya (baca : wanita dan segala pesonanya alias mesum).

sebenernya semua itu tidak salah.. cuma semua ada batasnya dan tentunya harus diimbangi oleh sesuatu yang lebih beraura positif.. sementara aku waktu hidup diatas tanah, aura-aura positif sepertinya takut dan manjauh dari nuraniku.. alhasil, aku cuma tahu tentang bahasa manusia.. bahasa tentang iri, dengki, dendam, cemburu, dan khianat..

sementara di sisi lain mana pernah aku merasakan sejuknya bahasa illahi, bahasa tentang iman, islam atau ikhtiar.. bahkan akupun mana pernah mau belajar tentang bahasa maaf, ikhlas, jujur, atau bahasa tentang ridlo..

"jadi tetangga kuburku yang baik, janganlah kau tertawakan aku yang tak bisa menjawab 3 pertanyaan ini ya.. biarlah kini aku tanggung sendiri semua jerih payah dan kefoya-foyaanku selama hidup di atas tanah.. aku coba ridlo.. semoga keluarga-keluargaku, temen-temenku dan dikau-dikau jangan sampai mengikuti jejakku ya.. amien.."

Selasa, 26 Februari 2008

tentang cintaku III


cinta adalah oase dalam kegersangan setiap penat
dan cinta juga adalah sepotong aura yang memenuhi kalbu saat lelah mendera

keluarga adalah harapan yang tersungging di setiap keletihan hati
dan keluarga juga adalah seberkas cahaya dalam lorong gelap setiap perjalanan hidup

sucilah insan yang dipeluk keduanya..
dan berbahagialah nurani yang disentuh keduanya..
kala kekosongan jiwa manghadirkan kebekuan..
setiap itu pula hadir dekapan hangat kasih illahi rabbi..


“jangan pernah sia-siakan nikmat yang kita terima hanya karena merasa kita pantas mendapatkan nikmat yang lebih.. dan jangan pernah menutup hati dengan benci dan sakit hati, karena hangat dan damainya nurani hanya menyentuh jiwa yang lapang dan memaafkan”

The secret of Dewaruci 2 (end)


The ocean and the snake
Bima knew at last that the holy water is not in the forest but in the bottom of the ocean. Without a slight hesitation he went into the ocean. Ocean in Javanese is Samudra. The words Samudra Pangaksama means: a good man must have a large heart like an ocean who should easily forgive the mistake of others.

The snake is symbol of badness. Bima killed the snake in a fierce battle. Bima in search of true reality is not enough only to put aside kamukten and Kamulyan, he has to annihilate also the evil in his heart. He must have attitude as follow:


1. Rila :
- he won't be sad, if his wealth decreased
- he is not envy to others.
2. Legawa : always do a good and correct attitude.
3. Nrima : grateful, accepting the destiny consciously.
4. Anoraga :
- low profile
- If other people do something evil to him, he would not fight back.
- Remain patient
5. Eling :
- Know what's right and wrong
- He would be always in the side of goodness and truth.
6. Santosa :
- To be always in the right track, never stop doing the right thing e.g. samadi.
- To be alert to avoid evil deed.
7. Gembira : not pleased due to fulfillment of lust, but feeling relieved to forget the disappointment of past mistakes and loss.
8. Rahayu : - a wish to do anything for the benefit of everyone.
9. Wilujeng : - take care of good health. If the body is sick, cure it.
10. Marsudi Kawruh : looking for proper knowledge
11. Samadi
- To eat modestly when he's already very hungry.
- To drink modestly when he's already very thirsty.By choosing not only good, delicious food and drink.
- To sleep when he's already very sleepyNo need to sleep on comfortable bed.
- To make love not frequently and only with the legitimate partner.

The meeting with Dewa Suksma Ruci
After killing the snake with his magical fingernails Pancanaka, Bima met a tiny god, Dewa Suksma Ruci who exactly looks like himself. Bima went into the inside of Dewa Suksma Ruci thru his left ear. Inside, Bima could see clearly the entire world, he saw also the tiny god.The spiritual lesson from the meeting was:Bima was meditating properly, closing his eyes, controlling his breath, concentrating his mind with clear thinking and feeling. (Cipta Hening)

The arrival of Dewa Suksma Ruci was a sign of divine acceptance for Bima 'Samadi, the unity of servant (Kawulo) and Master (Gusti). Inside the paningal (inner sight), Bima could see everything, everything opened (tinarbuka), clear, no more secret. Bima has been given the most important lesson in his life, that in his innermost being, he is at one with the divine, indivisible. He has achieved the true reality. The experience, mystically called "death in life" and thereby also obtained "life in death".Bima was never so happy before. At first, he didn't want to leave. But he was aware, he had to see his family and carried-out his duties as predestined.

The symbols of Bima's clothes and accessories.
Bima wears clothes and accessories, symbolizing a man who has reached true reality.

The Candrakirana bracelets
On the right and left arms, he wears candrakirana bracelets. Candra-moon; kirana-light. Bima, who is already Tinarbuka (opened), is in command of the bright divine light found in the paningal (sight0

The poleng batik cloth
The four colors of the cloth: red, black. Yellow and white are symbols of lusts: amarah, aluamah, supiah and mutmainah. (see exposing the universe point 41). Bima is able to control his desires.

The big hairpin of Asem wood.
The word asem indicates to sengsem means attracted. Bima is attracted only to seek a way of live perfectness, he is not interested in worldly material wealth.

The golden sign between the eyes.
That's mean Bima does samadi steadily and regularly.

The Pancanaka thumbnails
His fight fisted of bothhand symbolize:
1. Bima has gripped strongly the true knowledge.
2. The unity of people with good moral is much stronger then the union of irresponsible people.

The 5 pendawas could beat the 100 korawas.
The Pancanaka thumbnails indicate the magical power and the dignity of a man who has gained true reality.

(end)

from : joglosemar

Selasa, 19 Februari 2008

Negatif Effect of Gaple


pernahkah aku dengar suatu petuah tentang “sakit hati”??
kala Aku merasa hati-Ku perih – terpahat dendam, coba tanyakan kembali pada hati-Ku mengapa hati-Ku merasa perih.. apakah Aku merasa kehilangan.. apakah pula Aku merasa dikhianati.. atau mungkin cinta-Ku ditolak.. atau tentang kegagalan menggapai apa yang Aku impikan.. atau mungkin Aku merasa diperlakukan tidak adil.. atau.. Aku.. atau.. Aku..

“saat aku menempatkan sang Aku di singgasana hati, sering terasa hati ini sakit, kecewa, dan hampa.. tapi juga aku rasakan bahagia, suka, dan bermakna.. tanpa kusadari semua rasa itu hanyalah manifestasi dari apa yang dititahkan sang Aku..”

“puas-kecewa.. suka-duka.. hampa-bahagia.. hanyalah permainan sang Aku.. Aku yang egois - Aku yang individualis - Aku yang hanya mau menang sendiri - Aku yang menutup mata - Aku yang congkak - Aku yang sinis - Aku yang bengis - Aku yang dengki - Aku yang apatis - Aku yang “AKU” ..hanya AKU..”

“Aku.. Aku.. Aku.. Aku.. … … “

“kenapa kecewa - Aku terlalu berharap ..kenapa perih - Aku terlalu egois ..kenapa hampa - karena Aku terlalu posesif ..kenapa dendam - Aku merasa kecewa ..kenapa posesif - Aku terlalu egois ..kenapa dengki ..kenapa benci ..kenapa apatis - ehmm.. Aku selalu menutup mata hati..”

jangan kita (aku dan Aku) perturutkan segala rasa.. namun coba pahami ada apa dibalik segala rasa itu.. coba sekarang kita (aku dan Aku) lapangkan sejenak jiwa ini.. dendangkanlah segala kenangan dan memori hidup kita (aku dan Aku).. dan temukanlah satu rasa yang mempesona nan mengesankan.. satu rasa yang pahatan di hati kita (aku dan Aku) begitu dalam dan takkan lekang begitu saja ..SAKIT HATI (hehe.. karena bahagia takkan menimbulkan dendam)

bila Aku rasa ada perih di hati, cobalah buka hati dan lapangkanlah dada.. satu yang pasti, ada akibat - pasti ada sebab.. TAPI.. ”sebentar kawan.. jangan kita perturutkan nafsu dan ego..” kita temukan dulu jawaban ”kenapa”... ”darimana - mengapa - untuk apa....” ..niscaya dengan dada yang lapang dan membuka hati pasti akan kita (aku dan Aku) pahami dan maknai rasa ini..

”bukankah segala rasa itu hanya rekaan-Ku, Aku sendiri yang menciptakan rasa itu.. bukan dia yang telah kita UMPAT, bukan dia yang kita DENDAM, bukan dia yang kita SUMPAH SERAPAHI, dan bukan pula dia yang kita ASINGKAN, bukan pula dia yang akhirnya kita pilih TINGGALKAN..

dan akhirnya ”kita terima semua itu sebagai suatu kewajaran.. sebagai suatu yang memang begitulah adanya.. tiada rasa dikhianati.. tiada rasa didustai.. tiada rasa diacuhkan.. tiada rasa dikesampingkan.. dan.. tiada rasa kecewa.. tiada rasa benci.. tiada rasa dengki.. tiada rasa dendam.. dan tiada sakit hati.. karena memang seperti itulah matahari dan rembulan timbul-tenggelam sepanjang hari.. wajar seperti apa adanya.. wajar mengikuti kehendak illahi rabbi”

”Tapi kenapa???”

”KARENA AKU INGIN.. AKU INGIN HIDUP YANG SEMPURNA.. KARENA AKU INGIN HIDUP YANG TERBAIK.. KARENA AKU INGIN HIDUP YANG INDAH.. KARENA AKU INGIN HIDUP YANG ELOK.. KARENA AKU INGIN HIDUP YANG MULUS.. KARENA AKU INGIN HIDUP YANG LANCAR.. KARENA AKU INGIN YANG MONTOK.. KARENA AKU INGIN YANG SERONOK.. KARENA AKU INGIN YANG DENOK.. HAHAHA.. KARENA AKU INGIN YANG MONTOK SERONOK DENOK..”

KARENA AKU INGIN... KARENA AKU INGIIIN... KARENA AKU INGIIIIIN... KARENA AKU INGIIIIIIN... KARENA AKU INGIIIIIIIIIN... KARENA AKU INGIIIIIIIN... AKU INGIIIIIIIIN... AKU INGIIIIIIIIIIIIIIN... AKU INGIIIIIIIIIIIIIIIN... AKUUUU... AKUUUU... AKUUUUU... AKUUUUUU... AKUUUUUUUU... AKUUUUUUUUU... ZZZZ....... ZZZZZ...... ZZZZZZZZZZZ... ZZZZZZZZZZZZZZZZ.....


Haha.. itulah negatif effect of gaple nomor SATU, pikiran dan otak jadi ga nyambung, melayang-layang, melompat-lompat, jumpalitan n jingkrak-jingkrak ga karuan.. pikiran jadi ngalor ngidul ga karuan.. tersesat di lorong kelam tak berujung.. ALIAS pikiran jadi nglantur dan konsentrasi mendadak hilang..

Main Effect nomor DUA.. badan meriang, kepala senut-senut.. bernafas susah karena ada lendir-lendir hijau menutupi dan menyumpal dua lubang pencium aroma surga.. berat banget buat kepala ini berdiri tegak di atas leher.. pengennya semeleh wal motone merem.. ALIAS daya tahan menurun dan anti bodi tubuh kehilangan kedigdayaannya..

Main Effect nomor TIGA.. perut mules nan bergejolak, munine mung kemrutuk blekuthuk-blekutuk.. “minggir-minggiiirrr… mo meletus nih kawah semerunya.. wwoiii… mana kamar mandinya.. mana??” Pletak.. das.. des.. bak.. buk.. gabrus..!! “bonyok-bonyok lo monyet, ditanya mana kamar mandinya malah plonga-plongo koyo kebo.. baru tahu rasanya bogem mentah gw..” waduuuuh.. sialan udah moncor nih di celana.. ALIAS perut ga mau diajak kompromi, malah milih mencret-mencret ga karuan.. parahnya.. pake darah gampang naik lagi...

Main Effect nomor EMPAT.. tuluuungg.. aduuuhhh.. tuluuuunnnggg eehh.. luutuuuung….. eh… loonnttooonnnggg.. aahhh.. eehhhh. uuhhh… lloonntttooonnggg… eeehh… ttooollloooonnggg.. aahh.. eehhh.. uuhhh.. aahhh.. oohh.. iihhh.. gubrak….
“anjrit.. sialan.. kampret.. cuma mimpi…” ALIAS mimpi buruk dikejar-kejar sang maha setan, “setan ndol-ndol” bersama kawan-kawannya.. pasukan “setan balak” dibawah komando “setan balak kosong”

Main effect nomor LIMA.. mulih ah.. males kerjo euy.. mending pulang ke kosan baca “perempuan suci” atau “the husband” sambil ngemil keripik singkong atau pilus atau cracker atau cheetos.... ehhmm nyam.. nyam.. hehe.. okey.. see u next time… ALIAS malesnya kumat dan nafsu makan membabi-buta...

Main effect nomor ENAM.. TUJUH.. DELAPAN.. SEMBILAN.. (hiks.. hiks.. masih di tangan editor euy..)
(TO BE CONTINUED)

Senin, 18 Februari 2008

dendang nada sosok dalam kenangan..

astaghfirullah.. hanya itu yang sanggup jiwaku bisikkan.
saat tak sengaja kulihat keindahan itu.. saat itu pula mata ini tak rela sekejappun kehilangan anggun sosok dalam kenangan itu.. di saat itu pula dada ini bergemuruh, bergejolak dan melambungkan jiwa ini..

mahkota gelap mengalun bergelombang.. anggun menaungi mata bening berselimut rindu yang bersembunyi dibalik sepasang kaca bening. kulit halus putih susu bersemu merah.. menyimpan lesung pipi yang menghiasi bibir elok merekah nan indah.

sedetik selanjutnya.. satu demi satu tulang penjaga raga ini seperti dilolosi.. dan lepaslah semangat dan daya raga jiwa ini.. terbang dihempas anggun sosok dalam kenangan itu..

keindahan itu semakin lekat di kedua bola mataku.. rambut itu.. mata itu.. sepasang kaca itu.. indah sosok itu.. semakin membuat dada ini bergemuruh bergejolak semakin membuncah.. terlukis keindahan yang mempesona.. mungkinkah??

sedetik selanjutnya..
astaghfirullah.. dan akupun hanya bisa tersenyum.. putih semburat merah kulit wajah itu.. bulat oval berhias sepasang mata bening itu.. sunggingan senyum mempesona dari bibir elok itu.. gemulai langkah sosok anggun itu.. mendendangkan nada yang asing, meskipun tetap semerdu dan seelok alunan nada dalam kenangan itu..

kubisikkan sebait kalimat pada jiwa yang mengiringi langkahku, dan kudapatkan jawab “ayo.. kejar saja..” ehmm.. sosok itu ternyata nyata.. sosok indah dari darah dan daging.. seandainya saja sosok itu adalah jelmaan sosok dalam kenangan itu..

dan masih kutatap dengan lekat saat sosok dewi rindu itu menengok ke arahku.. saat itu pula kudapatkan sebuah jawab.. “aku kembali terjatuh untuk kesekian kalinya..”

Jumat, 15 Februari 2008

The secret of Dewaruci 1


As it has been told that wayang (shadow puppet show) represents a mirror of Javanese. The Dewaruci is a genuine Javanese story, describing the harmonious relation between servant and Lord, represented by Bima or Arya Werkudara and Dewaruci.

The search of Holy Water Prawitasari
Guru Durna told Bima to find the holy water Prawitasari. (Pawita-clean, holy, Sari-essence) i.e. the essence of holy knowledge

Tikbrasara Forest and Reksamuka Mountain
The holy water is in Tikbrasara forest, on the slope of Reksamuka mountain.Tikbrasara -> Tikbra means feeling of concerned (prihatin), Sara means the sharp of knife. It is a lesson to reach landeping cipta. (landep-sharp) i.e. the sharp of cipta (head of feeling) Reksamuka, Reksa-to take care, muka-face. That's mean eyes, the sight.

Tikbrasara and Reksamuka can be interpreted:
To reach the essence of holy knowledge thru samadi.

1. Before doing samadi, one has to clean/purify his body and soul with water.
2. During samadi he has to concentrate his cipta by focussing his sight (paningal) to the peak of his nose. (the mystical term is going to mountain Tursina : Tur means mountain; Sina means a place: a high place)

The paningal is very important in samadi. For a person who has divine blessing, he could see reality among other thru light which comes to him during samadi: in the wayang stories, Resi Manukmanasa and Resi Sakutrem they could go to holy place by joining the holy light.

The giants Rukmuka and Rukmakala
In the forest Bima was attacked by two giants Rukmuka and Rukmakala. Bima killed both giants, which means Bima eliminates the obstacle to reach his goal to achieve succesful samadi.
Rukmuka-ruk damage; muka-face. The obstacle coming from the luxury of tasteful food. (Kamukten). Rukmakala - Rukma-gold; kala-danger. The obstacle coming from the luxury of material wealth a.o. clothes and accessories with precious gems (Kamulyan)
Bima could not do samadi perfectly focussing his attention to holiness, if in his mind he still thinks of Kamukten and Kamulyan. Kamukten and Kamulyan cover his clear cipta. The killing of two giants means: Bima is able to erase the two obstacles.

from : joglosemar

Senin, 11 Februari 2008

sisihkan waktu untuk "merenung" IX


(tentang bau nelayan dan angin laut)

senandung riak-riak way seputih menyapa.. bau nelayan dan laut pun menerpa.. diselimuti hangat yang menyengat dengan gelombang debu membentuk awan-awan kelabu di atas jalanan berbatu yang saling menggelombang tak tentu..

keringnya hawa yang membeku tak mengalun.. pengap begitu mengurung, mencipta kanopi menyengat.. keringat yang mengalir menggelitik laksana ribuan semut yang menggeratak di sekujur tubuhpun langsung menguap tersentuh panas yang kering..

kala sang mentari mulai surut dan dewi malam menyunggingkan senyum.. suara-suara kepak binatang kelam dan paduan merdu sang binatang malam menggema diantara gemetar sunyi dan sepi yang mulai mengalun.. kesunyian yang menyesakkan.. pengap dan kelam mulai mendendangkan lagu gelisah dan penasaran..

dulu.. sepertinya aku ingin melepas dan menghempaskan semua itu untuk selamanya..
dulu.. semua itu rasanya begitu menyiksa dan terasa hanya menghadirkan aroma kepedihan..
dulu.. rasanya aku begitu membencimu, dan seandainya saja aku sanggup membakar dunia dengan amarahku.. mungkin kini takkan ada lagi bumi baharimu menghiasi tepi timur hatiku yang panas membeku..


aroma sang fajar bermain-main di antara dingin angin pagi.. gema suara adzanpun terasa begitu hangat, menyenandungkan tembang syukur dan dendang keikhlasan yang membelai mesra segala sunyi dan pekat hati.. kesejukan yang mengalun sederhana dan begitu murni apa adanya..

sinar keemasan hasil kreasi sang maha besarpun menyelinap malu-malu diantara pucuk dedaunan hijau bersemburat putih.. mencoba menghibur embun pagi yang selalu saja segera dihempas debu dan asap jalanan.. kehangatan doa menyapa tanpa bertanya.. tulus pengertian berhembus tanpa meminta tuk dimengerti..

sunyi dan sepi yang menyapa.. laksana sebuah kunci sakti yang mampu membuka peti baja yang membelenggu segala pengertian dan penahaman tentang aksara-aksara agung yang tersurat di genggaman hidupku.. dan beku dan perih yang tergores di nularikupun ternyata merupakan jelmaan cawan suci yang sanggup melarutkan segala keangkuhan dan kebekuan hati yang membutakan nurani..

kini.. terselip rinduku untuk segala pengapmu..
kini.. terselip rinduku untuk segala kebekuanmu..
kini.. terselip rinduku untuk segala dendammu..

kini.. terselip rinduku untuk berdendang bersamamu..
mengalunkan tembang tentang doa dan keihlasan.. membisikkan puji-pujian tentang kesejukan dan kemesraan hati yang bertasbihkan sabar dan tawakkal.. dan melagukan wasiat tentang kerendahan dan kenistaan diri yang berselimut benci dan emosi..

from : "dendang rindu untukmu"
anonim