Jumat, 09 Januari 2009

Tears in Heaven


by Eric Clapton

Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don't belong
Here in heaven

Would you hold my hand
If I saw you in heaven
Would you help me stand
If I saw you in heaven
I'll find my way, through night and day
Cause I know I just can't stay
Here in heaven

Time can bring you down
Time can bend your knee
Time can break your heart
Have you begging please
Begging please

Beyond the door
There's peace I'm sure.
And I know there'll be no more...
Tears in heaven

Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don't belong
Here in heaven

Cause I know I don't belong
Here in heaven

Senin, 05 Januari 2009

angin barat dan penyu ujung genteng

27 desember 2008, “pasukan ra genah” beraksi kembali.. setelah mundur dari “semeru”, secara otomatis kami harus re-arange liburan akhir tahun kali ini. Opsi “touring to ujung genteng” aku munculkan, tentunya karena aku juga punya kepentingan disana hehe.. semeru yang sudah di depan mata-pun dioper ke ujung selatan kabupaten sukabumi, sekitar 220 km dari kota jakarta, dengan menjanjikan objek wisata pantai, air terjun dan tentunya penangkaran penyu.

Sabtu 27 Desember kita pilih untuk mulai caww.. dan rencana go home di senin pagi 29 Desember 2008. Lima anggota pasukan yang tersisa (red: aku, ihyak, tyo, icus, dan pipin) akhirnya berangkat dari kota hujan pukul 07.30 wib dengan 3 kuda besi (red : K2772DD, B2670SKS, B****XX), dan dengan patokan speedometer “red arrow” di posisi 19.765 (posisi jakarta), kita coba mengukur berapa jarak yang ditempuh di touring kali ini.











Perjalanan via Ciawi berjalan mulus, sampe akhirnya menjelang Lido K2779DD terkapar karena insiden ‘ban bocor’, yang kemudian disusul B2670SKS (di tempat yang sama). Lepas Cicurug yang selalu saja macet, masuk jalur alternatif Cikidang yang aduhay cantiknya -jalan berkelok2 naik turun, hembus udara segar dengan hamparan hijau perkebunan- di jalur ini kembali terjadi insiden, ‘bensin habis’ dari K2772DD, bisa dibilang rada-rada tolol juga siy.. haha.. (seumur hidup si red arrow baru kali ini kejadian habis bensin). Akhirnya setelah dapet suplay bensin dari manusia hitam (baca: toy), berhasil kita meluncur turun mencapai Kota Pelabuhan Ratu sekitar pukul 11.00 wib, tentunya pake diselingi insiden ganti ban dari B2670SKS yang kembali bocor.












Sekitar
80 km ke arah selatan, itu jalur yang masih harus ditempuh dari Kota Pelabuhan Ratu.. jalur ini ternyata lebih gila dari jalur Cikidang, namun cantiknya juga tak kalah mempesona.. --subhanallah.. coba kalian disana, diterpa hembus segar pegunungan dengan hijau membentang di sekeliling, dihias kelok jalanan bersisi tebing dan ngarai, ckckck...--, setelah mengisi perut dengan nasi merah (yah.. lumayanlah buat menganjal perut dan menawarkan lelah dan kantuk) kami lewati Kiara Dua dan Surade sebelum akhirnya sampe di Ujung Genteng pada pukul 14.25 wib.









Pertama kita putuskan mencari penginapan, tapi ternyata semua ‘full book’ (musim libur memang musim berwisata) sampe akhirnya kami dapatkan penginapan di wisma koboi yang letaknya sekitar 3 km dari pusat penginapan. Tapi ternyata disitu kerennya, jalan menuju wisma koboi sangat menantang, hanya jalan setapak selebar 2 jengkal yang akan sangat becek dan licin saat hujan, namun tepat di depan wisma terbentang pasir putih dengan ombak khas pantai selatan, dan tak jauh dari wisma (sekitar 1 km) terletak penangkaran penyu..








Sore itu juga kami langsung turun kasur, serbuuu.. maen air sepuasnya ditemani para nelayan yang sedang mengail ikan dan ombak serta sunset pantai pangumbahan. Malam menjelang kembali ke wisma, yang tiada henti-hentinya diterjang deru angin barat yang berhembus kencang (gaswat niy, ga hati-hati bisa-bisa ke Ujung Genteng cuma buat masuk angin doang), dan setelah menikmati makan malam dengan telor dadar dan ikan pari (tentunya ikan parinya ga aku sentuh sama sekali hehe..) seperti malam-malam minggu biasanya, pertempuran (baca: gaple)-pun dimulai, dan ternyata malam itu bukanlah-lah malam-ku, reputasi-ku semakin ternoda...





Esoknya, setelah tidur sekitar 3.5 jam, sekitar pukul 06.00 wib kita putuskan buat ke kota -Surade, 22 km dari Ujung Genteng- mencari suplay makanan dan mencoba melihat view yang lain. Curug Cikaso, itulah tujuan selanjutnya, tapi karena sang negosiator gagal dan kurang sreg dengan sikap si tukang perahu (baca saja tukang perahu gelap) kita putuskan

saja ngacir, daripada ribut-ribut ga ada gunanya.. setelah menambah suplay makanan di indomaret, sekitar pukul 10.00-an kita balik lagi ke Ujung Genteng, --saatnya membalas dendam kekalahan semalam--

Sorenya, setelah melepas lelah perjalanan, kita kembali ke pantai, bermain sepuas-puasnya sampe matahari tenggelam. Setelah mandi dan makan kakap bakar yang gila banget murahnya.. sekitar pukul 20.15 wib kita menuju penangkaran penyu, dengan diselingi insiden konyol (B2670SKS) masuk ke kubangan lumpur hehe.. jadilah pada nyemplung kubangan lumpur buat narik motor (berubahlah manusia hitam jadi kambing hitam haha.. “makanya kalo nyari jalan yang bener dong..”)






Sampe akhirnya kita mati langkah harus lewat jalan mana, untung lewat ojek-er yang juga mau ke penangkaran, “jebakan lumpurnya ada di sisi kanan kiri kubangan, dan jalan yang bener ternyata ya lewat tengah-tengah kubangan”, itu teoremanya.. yang satu setengah jam kemudian terbukti sebagai teorema ngawur.

Setelah nge-daftar buat 5 orang sambil ambil foto tukik-tukik yang lucu-lucu, kita ikut guide menuju penyu yang lagi bertelor, setelah meyusuri pantai dalam kegelapan (kalo bisa siy ga boleh nyalain senter atau sejenisnya.. katanya biar penyu-nya ga takut) kita menemukan penyu yang lagi bertelor, wuiihh.. guede buanget.. ga nyangka bisa nge-liat penyu segede gitu “ga kaya kura-kura ku yang ga bisa gede-gede”. Kemudian ketemu penyu kedua, yang ini lebih enak di-nikmati --kalo yang pertama nelor di semak-semak, kalo yang ini nelor-nya bener2 di pantai terbuka--. Setelah menyempatkan mencari info pukul berapa tukik-tukik besok pagi akan dilepas ke laut, karena mulai rintik-rintik kita putuskan untuk pulang.. “time to gaple -again-“






Saat pulang ini kembali terjadi insiden konyol, saat di tengah jalan turun hujan tiba-tiba, yang bene-bener deres buangedd.. lintang pukang-lah kita berlima kaya di kejar kuntilanak lewat jalan setapak yang sangat licin sambil menahan sengatan air hujan yang laksana peluru menerpa wajah dan mata, ditambah lagi kondisi kanan kiri semak dan pohon yang gelap dan hanya bermodal lampu motor.. penuh kekonyolan-lah malam nge-liat penyu kemaren hehe.. never ending story. Sekitar pukul 22.00 wib sampe wisma dengan basah kuyup, setelah bertempur sampe jam 23.30an kita putuskan istirahat sebagai bekal perjalanan pulang esok-nya.

Esok Paginya sekitar pukul 05.30 wib, sebelum pulang kita (red: aku dan icus) kembali ke penangkaran, cuma pengen liat saat sang tukik-tukik untuk pertama kalinya mengirup aroma laut..

“mereka yang tak pernah tau siapa bapa ibu-nya.. berjuang menembus gelombang, berjuang bertahan hidup tanpa pegangan, melawan ganas kejamnya alam.. sendirian.. untuk sebuah hidup.. yang Insya Allah berapa puluh tahun lagi mereka akan kembali ke pantai ini untuk menyerahkan tukik-tukik mungil ke pangkuan ombak lautan.. --itulah hidup tukik-tukik mungil yang aku lepas kala pagi itu--”

Tepat pukul 06.30 wib, setelah sarapan pop-mie, kita kembali menuju kota hujan tercinta, lewat Surade masih berawan, sebelum akhirnya diguyur hujan -licin dan berkelok- sampe menjelang Pelabuhan Ratu. Kali ini kita putuskan lewat Cibadak --ada banyak pom bensin dan tukang tambal ban, kira-kira itulah alasannya-- dan akhirnya sekitar pukul 12.30 wib tibalah kembali di markas besar dengan speedometer red arrow di 20.249, jadi sekitar 484 km telah kita tempuh dalam “perjalanan akhir tahun” kali ini.

-- setelah tujuh jilid padang suryakencana, lereng ciremai, ombak pelabuhan ratu, sand of bromo, tangkuban perahu.. kini “angin barat dan penyu ujung genteng” semakin melengkapi cerita “anak-kampoeng”-ku ..dan semoga esok masih ada sempat untuk perjalanan yang lain. amien.. --