"Kemari berkumpul, duduk melingkariku,
semua anakku tercinta
sebelum aku harus pergi jauh
Jalan kalian masih luas terbentang,
pandai-pandailah memilih
Iman di tangan jangan dilepas
Jadikan azimat penuntun hidup."
"Terimakasih kami tak terhingga
Petuah ayahanda akan kami simpan
di dalam sanubari yang paling dalam
Menjadi pedoman memilih jalan."
"Legalah sudah hatiku sekarang
Mendengar janji kalian ucapkan
karena zaman ini tengah bergolak,
membawa iklim buruk panas menyesatkan
Tuhan, bimbinglah anak dan cucuku
yang muda memang banyak lupa
T'lah kutanamkan iman di dada
Semoga mereka memilih jalanMu."
("Terimakasih kepadaMu, Tuhan
Engkau tak berpaling dari kami yang lalai
Luluskanlah doa kami bersama
untuk kesehatan ayah tercinta,
untuk seluruh umat seisi dunia
Amin.")
Kamis, 08 Oktober 2009
konserto doa
Jumat, 19 Juni 2009
tentang hidupku VIII
from : obrolan kosong ala tong sampah
kalian bicara tentang cinta, tentang cinta kasih.. aku siy cuma bisa bilang “bullshit”, tahu apa kalian tentang cinta atopun cinta kasih?? aku yakin yang kalian tahu cuma, bagaimana dia mau menerima cinta kita.. bagaimana dia mau membalas cinta kita..
Selasa, 12 Mei 2009
tentang kamu II
kamu datang..
saat hati belajar mencoba menata rasa..
saat hati terbuai bimbang cerita luka..
saat hati hanyut dalam duka jiwa
dan kamu hadir..
hangatkan hati yang berlagu bisu..
cerahkan makna yang membeku biru..
sibakkan ragu yang berselimut kelabu..
langkah masih panjang.. dan sangatlah panjang..
belajar.. saling mengerti.. saling memahami.. saling menghargai.. dan belajar saling percaya ‘tuk setia.. Insya Allah menjadi jalan yang diridloi..
saat ini kamulah cinta yang terindah dari yang terindah..
Jumat, 27 Maret 2009
Jumat, 09 Januari 2009
Tears in Heaven
by Eric Clapton
Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don't belong
Here in heaven
Would you hold my hand
If I saw you in heaven
Would you help me stand
If I saw you in heaven
I'll find my way, through night and day
Cause I know I just can't stay
Here in heaven
Time can bring you down
Time can bend your knee
Time can break your heart
Have you begging please
Begging please
Beyond the door
There's peace I'm sure.
And I know there'll be no more...
Tears in heaven
Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don't belong
Here in heaven
Cause I know I don't belong
Here in heaven
Senin, 05 Januari 2009
angin barat dan penyu ujung genteng
Perjalanan via Ciawi berjalan mulus, sampe akhirnya menjelang Lido K2779DD terkapar karena insiden ‘ban bocor’, yang kemudian disusul B2670SKS (di tempat yang sama). Lepas Cicurug yang selalu saja macet, masuk jalur alternatif Cikidang yang aduhay cantiknya -jalan berkelok2 naik turun, hembus udara segar dengan hamparan hijau perkebunan- di jalur ini kembali terjadi insiden, ‘bensin habis’ dari K2772DD, bisa dibilang rada-rada tolol juga siy.. haha.. (seumur hidup si red arrow baru kali ini kejadian habis bensin). Akhirnya setelah dapet suplay bensin dari manusia hitam (baca: toy), berhasil kita meluncur turun mencapai Kota Pelabuhan Ratu sekitar pukul 11.00 wib, tentunya pake diselingi insiden ganti ban dari B2670SKS yang kembali bocor.
Sekitar 80 km ke arah selatan, itu jalur yang masih harus ditempuh dari Kota Pelabuhan Ratu.. jalur ini ternyata lebih gila dari jalur Cikidang, namun cantiknya juga tak kalah mempesona.. --subhanallah.. coba kalian disana, diterpa hembus segar pegunungan dengan hijau membentang di sekeliling, dihias kelok jalanan bersisi tebing dan ngarai, ckckck...--, setelah mengisi perut dengan nasi merah (yah.. lumayanlah buat menganjal perut dan menawarkan lelah dan kantuk) kami lewati Kiara Dua dan Surade sebelum akhirnya sampe di Ujung Genteng pada pukul 14.25 wib.
Pertama kita putuskan mencari penginapan, tapi ternyata semua ‘full book’ (musim libur memang musim berwisata) sampe akhirnya kami dapatkan penginapan di wisma koboi yang letaknya sekitar 3 km dari pusat penginapan. Tapi ternyata disitu kerennya, jalan menuju wisma koboi sangat menantang, hanya jalan setapak selebar 2 jengkal yang akan sangat becek dan licin saat hujan, namun tepat di depan wisma terbentang pasir putih dengan ombak khas pantai selatan, dan tak jauh dari wisma (sekitar 1 km) terletak penangkaran penyu..
Sore itu juga kami langsung turun kasur, serbuuu.. maen air sepuasnya ditemani para nelayan yang sedang mengail ikan dan ombak serta sunset pantai pangumbahan. Malam menjelang kembali ke wisma, yang tiada henti-hentinya diterjang deru angin barat yang berhembus kencang (gaswat niy, ga hati-hati bisa-bisa ke Ujung Genteng cuma buat masuk angin doang), dan setelah menikmati makan malam dengan telor dadar dan ikan pari (tentunya ikan parinya ga aku sentuh sama sekali hehe..) seperti malam-malam minggu biasanya, pertempuran (baca: gaple)-pun dimulai, dan ternyata malam itu bukanlah-lah malam-ku, reputasi-ku semakin ternoda...
Esoknya, setelah tidur sekitar 3.5 jam, sekitar pukul 06.00 wib kita putuskan buat ke kota -Surade, 22 km dari Ujung Genteng- mencari suplay makanan dan mencoba melihat view yang lain. Curug Cikaso, itulah tujuan selanjutnya, tapi karena sang negosiator gagal dan kurang sreg dengan sikap si tukang perahu (baca saja tukang perahu gelap) kita putuskan
saja ngacir, daripada ribut-ribut ga ada gunanya.. setelah menambah suplay makanan di indomaret, sekitar pukul 10.00-an kita balik lagi ke Ujung Genteng, --saatnya membalas dendam kekalahan semalam--
Sampe akhirnya kita mati langkah harus lewat jalan mana, untung lewat ojek-er yang juga mau ke penangkaran, “jebakan lumpurnya ada di sisi kanan kiri kubangan, dan jalan yang bener ternyata ya lewat tengah-tengah kubangan”, itu teoremanya.. yang satu setengah jam kemudian terbukti sebagai teorema ngawur.
Saat pulang ini kembali terjadi insiden konyol, saat di tengah jalan turun hujan tiba-tiba, yang bene-bener deres buangedd.. lintang pukang-lah kita berlima kaya di kejar kuntilanak lewat jalan setapak yang sangat licin sambil menahan sengatan air hujan yang laksana peluru menerpa wajah dan mata, ditambah lagi kondisi kanan kiri semak dan pohon yang gelap dan hanya bermodal lampu motor.. penuh kekonyolan-lah malam nge-liat penyu kemaren hehe.. never ending story. Sekitar pukul 22.00 wib sampe wisma dengan basah kuyup, setelah bertempur sampe jam 23.30an kita putuskan istirahat sebagai bekal perjalanan pulang esok-nya.