Senin, 30 Juni 2008

"aku" hari ini..

lebih bijak bila kita memandang segala sesuatunya dari dalam diri, isyaf diri serta selalu mawas diri. ketika kita mampu melihat dari sudut dalam diri maka dari sudut-sudut yang lain pula akan terlihat sesuatu kenyataan dan perjalanan hidup yang penuh kewajaran – anonim

Jumat, 27 Juni 2008

tentang hidupku III


(dongeng tentang rembulan dan fajar)

gelap-mu pun kian pekat..
perlahan bias demi bias mulai memudar dan bisikan desir malam mulai mencekam..
perlahan mekar demi mekar mulai layu, daun hijau tersaput sayu, tunas-tunas rindu menyapa ragu, dan cercah cahaya terbelenggu kelabu..

gelap-mu pun semakin bisu..
perlahan bunyi demi bunyi mulai menjauh dan sunyi setia menggelayuti sepi..
paduan senandung malam kian lirih, sang jangkrik lelah mengerik, sang kelelawar bosan berbisik, dan sang tikus pun malas mengais..

yang gelap terganti oleh yang terang, itu sudah sewajarnya...

yang mati diganti oleh yang lahir, yang sakit diganti oleh yang sehat, yang duka diganti oleh yang tawa, yang tangis-pun diganti oleh yang suka...
manusia hidup satu kali di dunia, kalau tidak bergembira mau apa lagi? keadaan baik diterima dengan gembira, akan menjadi lebih menyenangkan. sebaliknya, keadaan buruk kalau diterima dengan gembira, akan terasa ringan!

paling penting, mengenal diri sendiri termasuk kelemahan-kelemahan dan kebodohan-kebodohan, sadar insyaf dan kembali kejalan lurus. lapang untuk menerima kenyataan, ikhlas dan rela menerima hidup...

gelap-ku pun akhirnya semakin biru..
perlahan kelam tersaput kabut..
titik bening hadir menyapa malu..
gores warna demi warna mulai berpadu..
gema pengeras surau mengalun berhias kicau burung-burung lucu..
mentari mengintip tuk menggoda semilir angin tuk berlagu..

ahh.. pagi-ku pun akhirnya hangatkan kalbu..

Kamis, 26 Juni 2008

tentang cinta III

(renungan siang ini)

apakah artinya CINTA?
pernah mendiang sang guru menguraikan tentang cinta.

cinta yang paling murni di antara manusia adalah cinta yang tidak dikotori oleh nafsu menyenangkan diri sendiri, yakni cinta yang tulus Ikhlas dan Rela, yang berlandaskan pengorbanan demi untuk kesenangan dan kebaikan dia yang dicinta. contohnya kasih sayang seorang ibu terhadap anak kandungnya ikhlas dan rela, satu-satunya idaman hati seorang ibu hanyalah melihat anaknya senang, rela berkorban, rela bersusah payah, tanpa mengharapkan upah karena melihat anak itu senang merupakan upah yang paling berharga.

sebaliknya cinta kasih yang berlandaskan Nafsu, selalu menghendaki agar orang yang dicinta itu hidup berbahagia BERSAMA DIA SENDIRI. menghendaki agar orang yang dicinta itu menjadi miliknya yang mutlak, selama hidup berada di sampingnya untuk di-Puja, untuk di-Cinta, untuk Pelepas Dahaga, cinta ini penuh dengan Harapan, penuh dengan Pamrih dan karenanya penuh dengan RACUN yang hanya hadirkan kecewa, duka nestapa dan sengsara.

Senin, 16 Juni 2008

ikhlasku 'tuk segala salahku..










kala kubuka mata,
rasa yang hadir selalu sama...
sendiri dan hambar bekap nafasku...
dan yang aku tahu..
sesuatu t'lah meninggalkanku..

kala gelap dan gemintang berdendang,
meregangku ‘tuk pejamkan mata..
sunyi dan dingin setia rayapi buluh darahku..
dan yang berlalu..
sesuatu t'lah meluluhkanku..

kala hangat menyengat beku,
dan sang angin diam membisu..
gelegak kelam kesumat luluhkan nurani..
dan yang aku pahami..
sesuatu t'lah mengkhianatiku..

dan...


kala bersimpuh dan ingatku pada-Mu..
sanggupku hanya diam, hadirkan rindu..
dan sadarku berbisik kelu..
“ikhlasku 'tuk segala salahku..”


Jumat, 13 Juni 2008

mlarat?? yo ora dadi sumelang..


“alhamdulillah.. aku sih nduwe konco mlarat”

kalimat sederhana yang nongol di window im-ku pagi ini, seneng juga baca tulisan ini.. hasil karya dari kakak ketiga.. lha gimana ga sama-sama mlarat?? mau ngutang kok sama orang yang duitnya tinggal 35 ribu dan sudah longak longok nyari ”korban”siapa yang bisa kasih utangan..

sebenernya kalo dipikir-pikir, mau disebut mlarat gimana?? lha wong ga punya uang masih punya temen yang bisa ngutangin, ga punya kosan masih bisa numpang ke kosan temen, ga bisa beli makan juga masih bisa ngebon sama konco ”mbayare ”sesuk” wae yo??” (ga juelas "sesuk"nya kapan), ga punya rokok buat diisep tinggal bilang ”bos, rokokmu endhi?”, ga punya sabun-odol-shampo, ya tinggal mak nclemut tak usahlah itu yang namanya bilang-bilang, kalaupun sampe ga punya baju juga, toh masih bisa “ngembat” baju di kamar sebelah..

ya itulah sisi-sisi unik dari yang namanya ”urip”, seandainya saja kita bisa bersyukur dan bener-bener ikhlas dengan apa yang kita miliki, maka ga aneh kalo orang yang mlarat duit lan mlarat bondho masih bisa senyum-senyum seakan tak punya beban hidup (senyum-senyum disini bukan gara-gara itu otak agak sliwer lho).. tapi ya bisa juga orang yang sugih mblegedhu lan bojone akeh tur ayu-ayu, eee... kerjaannya cuma prengat-prengut, ga taunya ujung-ujungnya kena stroke dan cuma bisa ngowoh neng kursi roda..

makane jadi orang itu lebih baik “narimo ing pandhum”, ora usah aneh-aneh lan ora usah nganeh-anehi.. lha wong urip kuwi wis ono sing ngatur, udah ada yang ngurusin dan sudah ada yang tahu apa yang terbaik buat semua yang hidup di dunia ini.. baru kalo punya sesuatu yang “lebih”, wajib dibanyakin tuh usaha.. ga ada salahnya tho kalo kita ingin sesuatu yang lebih karena memang kita punya kemampuan tuk meraihnya.. lha wong juga sing nggawe ndonya lan manungso iki nggak bakalan ngasih komisi buat orang yang cuma plonga-plongo, cuma nunggu rejeki lan jodoh jatuh dari pohon..

lha intine.. yo wis ben mlarat bondho, sing penting isih akeh "konco" lan ora mlarat ati lan agama.. tansah instrospeksi diri, ati2 lan waspodo nglakoni urip.. lan siji meneh, gelem nerimo nek nglakoni salah lan wani njaluk ngapuro.. ati tentrem, urip tentrem.. awet enom lan nggantheng.. lha golek bojo meneh yo ora susah.. haha... urip tentrem neng ndonya, nek modar mlebu suargo-loka.. amien..

Selasa, 10 Juni 2008

Sumber ke-Digdaya-an-Ku


“waktu kan berlalu laksana anak panah yang melesat dari busur sakti sang arjuna”

itulah salah satu rahasia sang waktu.. semua tiba-tiba saja telah berlalu, seakan tak memberi kesempatan dan jalan untuk kita memperbaiki diri dan tiba-tiba saja kita merasa semua telah terlambat.. dan insya allah, berbahagialah kita yang bijak dalam bersikap dan menyikapi “hidup”.

waktu terus berlalu.. dan tak terasa hampir 10 bulan sudah aku kembali ke pulau ini, kembali dengan satu tujuan dan satu keinginan.. memperbaiki keadaan dan belajar menyikapi hidup dengan lebih bijak..

setahun lebih.. ya hampir dalam rentang waktu itu aku mencoba terus melangkah.. bukanlah waktu yang sebentar untuk mencoba terus bertahan dan tersenyum.. namun juga bukan pula waktu yang lama untuk terus berjuang dan berkorban..

dan ternyata.. bagaimana kita bersikap dan menyikapi hidup tidak hanya tergantung dari bagaimana cara berpikir dan kekuatan kita untuk terus berlapang dada dan membuka mata tentang hidup, namun juga sangat tergantung dengan apa yang ada disekeliling kita.. dengan apa dan siapa kita berjuang, bergulat menahan digdayanya sang waktu..

syukur alhamdulillah dan segala puja puji pada illahi.. tlah dilimpahkan kepadaku segala kekuatan, segala kesabaran, segala keikhlasan, segala pemikiran, segala pemahaman, segala senyuman, dan segalanya... untuk buatku bertahan dan terus melangkah

disana..
mengalun senandung kasih seorang wanita terhebat di sepanjang hidupku dan berdiri kokoh seorang pria ter-digdaya yang pernah aku temui.. bapak dan ibuku.. karunia tersempurna dalam hidupku.. karunia yang takkan pernah pergi dari sisiku.. penjaga-ku di sepanjang waktu, dari tangisan pertamaku mengoyak fajar sampai senyuman terakhirku menghiasi malam..

disana..
my brother n his small family.. yang takkan pernah berhenti terangi dan lapangkan langkah-langkahku.. dan tentunya si kecil “gianita putri aulia rahma” ..haha melihatnya seakan aku melihat surga, tahu kenapa?? karena dia akan selalu membuat mbah kakung dan mbah putrinya selalu tersenyum.. dan akan selalu membuat ayah ibunya menjadi orang tua paling bahagia karena memilikinya..

disana..
seorang wanita.. yang selalu mengingatkanku bahwa kau harus terus melangkah dan harus semakin bijak dalam bersikap dan menyikapi “hidup” ..yang telah hadirkan masa-masa terindah dan tercantik dalam hidupku di muka bumi ini..

dan disini.. haha.. inilah kekuatan terbesarku saat ini.. “chogan” dan “pasukan ra nggenah”, pasukan yang telah mentranformasi diri dari “cengengesan” dan “anakkampoeng”, walau akan selalu menjadi anak-kampung yang sedang belajar meniti hidup merenda masa depan.. dan kalo memang aku bisa lebih bijak dalam bersikap dan menyikapi “hidup” itu tak lain juga karena aku hidup diantara manusia-manusia perkasa ini..

saat ini.. biarkan saja kuhiasi hidup dengan gaple dan segala ke”goblok”an, dan andai saja-pun aku tak pernah bisa bersikap bijak.. tapi paling tidak aku masih bisa menyikapi “hidup” dengan belajar berlapang dada dan membuka mata bahwa “hidup takkan pernah selalu bergulir seperti yang kita inginkan”.

Melati Suci

Guruh Sukarno Putra
Kepada Ibu Fatmawati

Putih
Putih melati
Mekar di taman sari
Semerbak wangi penjuru bumi

Seri
Seri melati
Bersemi anggun asri
Kucipta dalam gubahan hati

Tajuk bak permata
Siratan bintang kejora
'Kan kupersembahkan
Bagimu pahlawan bangsa
Putiknya persona
Rama-rama 'neka warna
'Kan kupersembahkan
Bagi pandu Indonesia

Suci
Suci melati
Suntingan 'bu Pertiwi
Lambang nan luhur budi pekerti

Tajuk bak permata
Siratan bintang kejora
'Kan kupersembahkan
Bagimu pahlawan bangsa
Putiknya persona
Rama-rama 'neka warna
'Kan kupersembahkan
Bagi pandu Indonesia

Suci
Suci melati
Suntingan 'bu Pertiwi
Lambang nan luhur budi pekerti

Oh, melati ...
Oh, melati ...
Oh, melati ...


Senin, 02 Juni 2008

tentang hidup III


(45 : kp. rambutan - blok m)

tiga hari yang lalu, tepatnya waktu pulang kerja menuju bogor, sekitar pukul 8 malam dalam perjalanan ke uki naik bus kota 45 jurusan kampung rambutan - blok m.. duduk di deket jendela sebelah kiri sambil menikmati pemandangan ke-macet-an yang (alhamdulillah) sudah agak berkurang..

saat lagi menikmati renungan dan bayangan-bayangan kenangan, (memasuki kapten tendean) naiklah 3 orang seniman jalanan, ataulah yang orang biasa sebut “pengamen”, ada satu yang cukup menarik perhatianku, masing-masing pegang alat musik yang “beda”: drum, gitar dan biola.. dan pastinya yang menarik perhatianku adalah biola..

saat itu juga acara merenungku berhenti dan perhatianku terbetot ke si “biolist”, aku taksir-taksir umur si pemegang biola tidaklah lebih dari umur 15, “ehm.. kira2 gimana ya permainan biolanya” saat mereka mulai mainkan “tembangnya”, kalo ga salah instrumen dari lagunya the coors, dengan irama yang cepat.. (dan tentunya tahu sendirilah gimana gaya bis kota yang lagi serobot sana serobot sini -bisa bikin orang jungkir balik- ) saat itu juga aku tersenyum, “hebat juga ni anak”, hehe.. jadi inget waktu sma dapet pelajaran main biola.. bukannya nada indah yang tercipta, ee.. malah lengkingan khas siamang yang bisa bikin kejang-kejang penderita epileps..

saat itu mereka “cuma” memainkan 2 buah tembang, tapi rasanya cukup membuatku sangat “terhibur”, inilah hidup -don’t judge a book from the cover- pastinya setiap manusia disamping punya kekurangan pastilah dia juga punya kelebihan, dan tentunya tak ada pula manusia yang sempurna dengan segala kelebihan dan tak ada pula menusia yang ter”kutuk” dengan segala kekurangannya..

disinilah kadang kita kurang menyisihkan sedikit perhatian, kita terlalu memandang semuanya dari satu sisi “ baik/buruk” atau “untung/rugi” saja.. padahal saat kita sudah terjebak di jenis penilaian semacam ini, maka akan tertutuplah mata hati dan tersempitlah dada kita dalam memahami kehidupan..


[boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengatahui sedang kamu tidak mengetahui. – qs. Albaqarah : 216].

innalillahi wa inna’ilaihi roji’uun.. ya mungkin disinilah salah satu letak kuncinya, keikhlasan dan serah diri setulusnya kepada kehendak illahi rabbi, saat kita telah menemukan keikhlasan maka dada ini akan terasa lapang dan mata hati akan lebih terang memandang dan menemukan makna dibalik segala peristiwa.. insya allah..